Hingga hari Rabu (03/07) jumlah korban tewas akibat gempa di Kabupaten Bener Meriah, Aceh, sebagaimana dilaporkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, telah mencapai 24 orang. Sejak gempa yang terjadi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam Selasa (2/7) lalu, dua orang masih dinyatakan hilang, dan ribuan lainnya terpaksa mengungsi karena kediaman mereka rusak parah hingga rata dengan tanah.
Usai gempa utama pada pukul 14.37.03 yang berlangsung antara 15 sampai 45 detik, hingga kemarin pagi telah terjadi sedikitnya 15 kali gempa susulan. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, ada dua kali gempa susulan yang cukup kuat. Gempa susulan pertama terjadi pada pukul 20.55.38 dengan kekuatan 5,5 SR. Gempa susulan kedua terjadi pukul 22.36.44 dengan kekuatan 5,3 SR.
Jika gempa utama berpusat di tenggara Kabupaten Bener Meriah, maka gempa susulan berpusat di barat daya kabupaten tersebut. "Sampai saat ini gempa tidak mempengaruhi aktivitas gunung Bumi Telong di Kabupaten Bener Meriah," ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Rabu (3/7).
Meski tidak sampai mempengaruhi aktivitas gunung di Bener Meriah, tak urung gempa tersebut dirasakan cukup kuat oleh masyarakat. Sebab, epicentrum (pusat) gempa berada di daratan. Menurut Sutopo, dengan kekuatan yang sama, gempa yang berpusat di daratan akan dirasakan lebih kuat dibandingkan dengan gempa yang berpusat di laut.
Gempa di Bener Meriah terjadi akibat aktivitas sesar (rekahan) aktif di daratan pada segmen Aceh dari sesar Sumatera atau Sesar Semangko. Sutopo menuturkan, Sesar Sumatera memiliki 19 segmen dengan panjang keseluruhan 1.900 km dari NAD hingga Lampung. Sesar tersebut sangat aktif dan berbentuk strike-slip atau sesar geser. "Semua segmen berpotensi menimbulkan gempa," terangnya.
Dua kabupaten terkena dampak paling parah dari gempa tersebut. Selain Kabupaten Bener Meriah, ada Kabupaten Aceh Tengah yang juga mengalami kerusakan parah. Hingga kemarin sore, BNPB menerima laporan 24 orang ditemukan tewas. 14 orang di antaranya ada di Bener Meriah, sisanya di Aceh Tengah. BPBD Aceh Tengah mengatakan enam dari 10 korban tewas adalah anak-anak. Mereka sedang mengaji di masjid ketika masjid itu ambruk. "Enam anak ditemukan tewas tertimpa reruntuhan masjid yang rata dengan tanah akibat gempa," kata kepala BPBD Aceh Tengah Subhan Sahara, seperti dikutip kantor berita AFP.
"Hampir semuanya meninggal akibat keruntuhan bangunan atau terkena longsoran, bukan karena gempa," lanjut alumnus UGM itu. BNPB juga mencatat dua orang masih dinyatakan hilang. Sementara, 249 orang luka-luka dan sekitar 375 rumah dan bangunan lainnya rusak (lihat grafis). Jaringan komunikasi maupujn PLN juga sempat putus.
Untuk jumlah pengungsi, Sutopo menyatakan tim yang berada di lapangan tidak sempat menghitung. Saat ini, mereka fokus pada upaya tanggap darurat dan penanganan para korban. Yang jelas, telah didirikan lima titik pengungsian di Bener Meriah dan 10 titik di Aceh Tengah. "Beberapa titik pengungsian dilaporkan diisi sekitar 700 orang per lokasi," jelasnya. Di Kabupaten Bener Meriah, korban tewas 12 orang meninggal dan ada 70 orang korban luka yang dirawat di RSUD Bener Meriah serta puskesmas.
Bupati Bener Meriah telah menetapkan masa tanggap darurat selama seminggu, terhitung kemarin hingga 9 Juli mendatang. Sejak hari terjadinya gempa, sebagian besar logistik yang dimiliki Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) sudah disalurkan. Kemarin, datang lagi logistic berupa bahan makanan dan tenda sebanyak tiga truk dari BNPB.
Sutopo menyatakan, pihaknya tidak langsung mengalokasikan dana tanggap bencana nasional untuk Aceh. Sebab, sudah cukup banyak logistik yang disalurkan. Namun, saat ini dana segar Rp 40 miliar sudah siap dan bisa digunakan sewaktu-waktu bila dibutuhkan. Terutama, untuk keperluan rehabilitasi pascagempa.
Selain BNPB, sejumlah kementerian juga ikut serta dalam penanganan bencana tersebut. Kemarin pagi, Menkokesra Agung Laksono dan Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri langsung terbang ke NAD. Bersama mereka ada pula tim dari Kementerian Kesehatan dan kementerian Pekerjaan Umum.
Kemensos langsung mengirimkan bantuan 30 ton beras, sarden, tenda, matras, dan beberapa jenis logistik lain senilai Rp 2,1 miliar. Sementara, Kementerian Kesehatan mengirim sejumlah tenaga medis untuk menangani para korban luka. Sedangkan, KemenPU mengirim sejumlah peralatan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur dasar.
Kepala Pusat Komunikasi Publik KemenPU Danis H Sumadilaga mengatakan, pihaknya telah menempatkan dua mobil tangki air dan 20 hidran umum di Bener Meriah. Mobil tersebut diletakkan di RSUD Bener Meriah. Sedangkan, dua excavator saat ini sedang bekerja membersihkan longsoran yang menutupi jalan agar memudahkan pengiriman logistic.
Kemudian, pihaknya juga sudah menyetok infrastruktur darurat di Medan, Sumatera Utara. Terdiri dari lima unit mobil tangki air, 40 unit hidran umum dan 40 toilet knock down. "Infrastruktur itu sudah siap untuk dimobilisasi sewaktu-waktu," terangnya kemarin.
Danis menyebut, jalan utama yang rusak parah adalah ruas Bireun-Takengon. Jalan nasional itu mengalami kerusakan berupa retakan maupun tertimbun longsor. Kerusakan terutama berlokasi di sejumlah titik di KM 82 sampai KM 95.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !